Harga Telur Mulai Naik; Enak Saving Apa Ambil Kreditan?


info harga telur puyuh, harga telur, telur puyuh
Ternyata jamu paling manjur ribut-ribut di group puyuh itu sederhana. Ketika harga telur naik, maka terbungkamlah suara. Ketika harga mulai merdeka, berhentilah dengan sendirinya orang bertanya-tanya:”hari ini harga berapa?”. Sekarang, mari pecahkan gelasnya, biar rame. Hehehe...

Sekarang harga telur mulai naik, lalu ada yang bertanya apa yang seharusnya dilakukan ketika keuntungan mulai berada ditangan. Jawaban pertama menurut analis keuangan adalah bayar utang. Utang itu adalah kewajiban yang harus dibayarkan sesegera mungkin ketika sedang berada dalam kemampuan.





Pada pertemuan kali ini Dunia Puyuh akan mencoba mengetengahkan manajemen bisnis keuangan puyuh disaat harga lagi naik.

Bagi yang beragama Islam, pernah ada cerita dimana Rasulullah, nabi kita tidak mau mensholati jenazah yang masih punya tanggungan hutang. Karena itu, segera mungkin bayar hutang ketika mampu. Toh, kita akan mati kapan juga tidak ada yang tau. Jangan malah menghindar sok nggak kenal sama yang memberi pinjaman.

Setelah hutang, lalu apa? Kalau hutang sudah, maka yang perlu dipikirkan adalah mel-list anggaran yang kita dan keluarga (bye-bye jomblo). Apa saja yang dibutuhkan, mulai dari anggaran harian dan bulanan seperti bayar listrik sak pinunggalane. Karena sak tahan-tahane awak, pastinya butuh makan.

Setelah makan lantas apa bang? Setelah makan maka kita pikirkan tentang pengembangan bisnis. Mau nambah populasi ternak puyuh atau bisnis yang lain. Apalagi bagi pemula yang populasinya masih dibawah 5 ribu kayak saya. Karena secara hitung-hitungan, kalau ternak dibawah 5 ribu, kemungkinan besar sisa usaha tidak begitu banyak. Apalagi kalau jumlah populasi itu umurnya tidak sama. Semisal yang 2 ribu sedang puncak produksi, sedang yang 2 ribu lagi sudah waktunya afkir.
Nah, bagi pemula yang waktunya banyak yang luang, usahakan cari sampingan. Bisa dengan menjual sesuatu yang masih ada hubungannya dengan puyuh bisa juga dengan usaha dibidang lain.

Pernah ada yang tanya ke saya tentang bagaimana prospek jualan menu olahan puyuh yang saya lakukan? Jawabnya gampang. Tapi ngelakuinnya nggak segampang yang dibayangkan. Emang bener kata orang;”orang hidup itu Cuma sawang-sinawang”. Enak yang ngelihat emang.

Kalau pengalaman saya, jualan menu puyuh itu ada enaknya ada endaknya. Kalau modalnya cukup kayaknya bakal lancar jaya. Karena pada dasarnya bisnis di bidang kuliner itu kalau dijalani sendiri mulai dari masak sampai nunggu dagangan/warung, lempohnya nggak karuan.

Belum lagi kalau kita nggak punya freezer yang segede gambreng. Ketika harga telur puyuh naik, maka afkiran akan sangat langka. Kalaupun ada, harganya kalau dijual lagi dengan harga yang sama seperti biasanya untungnya nggak nyucuk. Lha kalau harganya dinaikkan, maka pelannggan akan protes. Itu belum termasuk kalau ternyata bobot puyuhnya juga lebih cungkring. Ngomel kemana-mana wes pelanggannya.

Nah, karena itu, saran bagi peternak yang punya populasi masih dibawah 5 ribu, tahan keinginan-keinginan seperti kridit motor dan kredit-kredit lainnya. Karena siklus harga itu dari tahun ke tahun selalu sama: munggah-mudun seenak udelnya. Mending ditabung dulu, ntar kalau sudah punya tabungan yang cukup, populasi juga nambah banyak, maka silahkan panen raya. Opo maneh mung dingge karaoke, wes ojo.

jangan lupa tanya sama para master dibidang puyuh. baik itu master breeding, tukang poletan yang sukses, tukang bakul afkiran yang sudah mapan, tukang batrek puyuh, dll yang sudah berpengalaman di bidang perpuyuhan lama. Supaya kita tahu apa saja kunci sukses mereka.

Seperti kata pepatah dulu: berakit-rakit ke (peng)hulu, lha akhirnya nanti pasti walimahan. Hehe..
Jangan lupa bahagia, semoga rejekinya berkah.




Tidak ada komentar

'; (function() { var dsq = document.createElement('script'); dsq.type = 'text/javascript'; dsq.async = true; dsq.src = '//' + disqus_shortname + '.disqus.com/embed.js'; (document.getElementsByTagName('head')[0] || document.getElementsByTagName('body')[0]).appendChild(dsq); })();