Untung Rugi Menggunakan Tempat Minum Puyuh Dengan Pralon Belah

kandang puyuh, kandang puyuh sistem pralon belah

Salah satu unsur penting dalam beternak puyuh adalah ketersediaan minum yang cukup untuk kebutuhuan hariannya. Puyuh layer dalam sehari membutuhkan tidak kurang dari 50ml/ ekor. Tergantung keadaan cuaca.

Dikalangan peternak puyuh ada beberapa model drinker yang sudah populer untuk minum layer. Ada yang berbentuk nipple, ada yang berbentuk galon, ada yang menggunakan auto drinker mini dan ada yang menggunakan pipa belah.

            Kalau mau dibuat penelitian pendahuluan sepertinya kebanyakan dari kita lebih cenderung menggunakan tempat minum berbentuk nipple. Sebagian kini ada yang berpindah menggunakan tempat minum yang auto drinker mini. Sedang yang menggunakan pipa belah sangat jarang kita temui.

            Dari percobaan yang pernah saya lakukan menggunakan pipa belah ini ada beberapa kesimpulan yang saya dapatkan. Baik itu keuntungannya ataupun kekurangannya. Mungkin perlu saya beri catatatan disini saya mengunakannya pada kandang berbentuk vertikal keatas. Bukan yang berbentuk vertikal kesamping.

            Jadi, jika nanti ada yang pernah menggunakan tempat minum pipa belah pada jenis kandang yang berbeda dan mendapatkan kesimpulan yang berbeda pula dengan yang saya dapatkan, bisa komen dibawah.

            Saya menggunakan pipa belah 3 dim waktu itu. Penempatannya saya letakkan diatas tempat pakan puyuh. percobaan ini saya terapkan pada 1000 ekor puyuh, Dan ini adalah kesimpulan dari percobaan itu:

Kelebihan






            Ketika saya membaca bukunya massaru imoto yang berjudul The Power Of Water yang membahas tentang bagaimana respon air ketika kita beri sugesti, maka saya terpikir hal itu juga kemungkinan baik dipraktekkan pada puyuh.

            Ada juga penelitian yang mengatakan bahwa jika kamu memperlakukan hewan dengan cara “manusiawi” maka hewan (ternak) tersebut akan memberikan umpan balik yang juga baik.

            Ketika saya menggunakan tempat minum 1 nipple per satu kandang koloni yang berjumlah 25 ekor, saya kadang merasa kasian melihat puyuh yang kalau minum harus antri dulu. Nah, karena itu lantas saya terpikir menggunakan pipa belah ini.

            Secara dimensi pipa yang diatur simetris searah dengan panjang kandang kan akan membentuk sudut yang panjang juga bagi puyuh untuk minum. Setidaknya sepanjang puyuh bisa berjajar makan bersama, berarti sebanyak itu juga puyuh bisa minum bersama.

            Keuntungan menggunakan pipa belah ini pertama dari sisi cost of production menurun. Kita tidak menggunakan nipple yang harganya per biji sekitar 8 ribu. Per seribu butuh sekitar 40 nipple. Nah, tinggal kalikan berapa uang yang bisa kita hemat.

            Dari sisi bobot telur, telur akan semakin berbobot. Dan karena puyuh suka minum, efeknya puyuh juga doyan makan. Karena itu selain bobotnya bertambang cangkang yang dihasilkan juga tebal. Selian juga warna batik telurnya yang menjadi mengkilap.

Kekurangan

            Sekarang kita bahas tentang kekurangan menggunakan tempat minum berbentuk pipa belah. Pertama, kotoran puyuh menjadi encer/ berair (mblenyek). Mungkin salah satu dari ekses banyaknya minum kotoran puyuh menjadi encer. Efeknya, kotoran menjadi berbau dan rentan mengundang lalat.

            Kedua, dari kotoran yang cair tersebut menjadi rentan terjangkit kolera. Karena kotoran yang encer, kemungkinan ada bakteri-bakteri yang kemudian masuk pada tubuh puyuh sehingga pencernaannya terganggu.

            Ketiga, kotoran lebih berbau. Jika dibandingkan dengan menggunakan nipple, kotoran puyuh yang menggunakan tempat minum pipa belah menjadi lebih berbau. Efeknya, tetangga bisa marah-marah. Kita pun kadang juga menjadi  malas bersih-berish kandang.

            Nah, demikian beberapa pengalaman yang saya dapatkan ketika menggunakan pipa belah sebagai tempat minum.

            Mungkin diantara kawan-kawan punya pengalaman yang berbeda dengan apa yang saya dapatkan, silahkan kami tunggu sharingnya.







Tidak ada komentar

'; (function() { var dsq = document.createElement('script'); dsq.type = 'text/javascript'; dsq.async = true; dsq.src = '//' + disqus_shortname + '.disqus.com/embed.js'; (document.getElementsByTagName('head')[0] || document.getElementsByTagName('body')[0]).appendChild(dsq); })();