SAMPAI KAPAN HARGA TELUR AKAN SEPERTI INI??


Hari ini tidak satu-dua ternak yang ketika lihat nota langsung mukanya pucat. Trus bertanya: "Kok anjlog maleh harga telur mas?? Sampai kapan nggeh kinten2?"

Saya yang sdh kadung biasa jawab by data bingung jawabnya.

Actually, saya dan mungkin juga kalian semua sama seperti saya, baru mengalami pandemi seperti ini pertama kali.

Kemarin2 dimasa SARS, MERS h5N1 (Flu babi) dan flu burung juga gak gini2 amat. Cuman corana gini2 banget ya.

Untuk menyelamatkan keadaan saya jawab aja dengan jawaban normalitas: "Mugi2 mboten dangu"

Bagi saya, menjawab perkara penting soal bisnis dan teknis budidaya puyuh selama ini sebisa mungkin selalu mengacu pada data. 

Soal prospektif tidaknya bisnis puyuh saya cari datanya. 

Soal bagaimana memelihara puyuh dengan benar saya juga cari datanya. 

Caranya!?? 

Ya banyak cara. Mulai lihat trend pencarian di gugel untuk mengukur ketertarikan, lihat kata kunci kata "puyuh" dan turunanannya, dan juga Q&A yang diajukan di group. 

Ribet ya?? Bisa iya bisa tidak. 

Saya ambil contoh keyword atau kata kunci "DUNIA PUYUH". 

Nama Dunia puyuh itu bukan hasil wangsit karena puasa mutih 7 hari 7 malam. 

Bukan pula hasil bisikan wahyu atau ilham. Apalah lagi hasil lotre karaokean 😂. 

Itu semua berdasar riset data. 

Gak percaya?? 

Coba ketik di kotak pencarian google. Tulis "dunia puyuh". Maka halaman pertama hampir semua ada di bawah "kekuasaan saya" 

Entah itu webnya, entah itu artikelnya, entah itu market placenya, even juga youtube wa akhowatuha. 
 
Hal itu juga saya lakukan saat nulis tulisan kaya gini. Dan pasti kalian gak sadar. 

Sadar atau tidak, kamu pasti betah bacanya. Meski tulisanya puanjang untuk orang umum. 

Itu karena saya sdh riset kesenangan kamu. Iya, kamu... 😂 

Dari riset itu saya tau harus pake set-up yang gimana, lalu harus nyelipin puncline (guyon) kapan. 

Sampai kamu gk sadar sudah mlototin setidaknya 700 kata, tanpa berasa. Lalu tau-tau udah nambah pinter aja. Eaaaa.... Nyombong dikit.

Sekarang kita kembali ke pertanyaan awal:"sampai kapan harga telur murah seperti ini??" 

Pertama-tama, mari kita urai kasus ini meggunakan dasar ilmu logika. 

Kita buat rangkaian silogisme, lalu nanti kita simpulkan. 

1. Telur murah sebab lockdown
2. Lockdown ada karena corona

Kesimpulan: telur murah disebabkan lockdown yang menjadi akibat logis adanya corona. 

Setelah itu mari kita buat silogisme anti tesisnya. 

Jika:
1. Telur murah karena locdown
2. Lockdown terjadi akibat corona. 

Negasinya: jika corona tidak ada, maka tidak ada lockdown. 
Jika lockdown tidak ada telur tidak akan murah. 

Jika kondisinya seperti diatas, maka mari kita coba urai problemnya. 

Masalah utamanya adalah corona. 

Dari berita yang mungkin kita sudah ketahui bersama, wuhan adalah tempat asal virus ini sejak akhir desember dan berangsur membaik 3 bulan kemudian, tepatnya bulan april. 

Padahal China melakukan itu dengan prosedur yang paling canggih. Dengan menggunakan big data dari ponsel, pengawasan kamera di tempat umum, sampai singgle data base setiap masyarakat dipantau. 

Itu artinya, data base bisa membaca dengan akurat dimana kamu biasa makan, dimana kamu biasa karaoke, termasuk dengan siapa kamu kencan buta atau selingkuh maya 😂

Maka, sepertinya, bagi kita akan teramat jauh menuntaskan problem corona ini dari sisi implikasi bisnis. 

Maka target selanjutnya adalah mengurai problem kedua, yaitu lockdown atau PSBB. 

Meskipun PSBB mengecualikan lalulintas bahan pokok, tapi PSBB tetap membatasi lalu lintas manusia. 

Padahal selama ini, kecenderungan yang terjadi manusia mencari bahan makan. Bukan bahan makan yang mencari manusia. 

Nah, jadi problemnya skrg sudah ketemu. Yaitu manusia terbatas gerak sedang telur puyuh juga terbatas gerak. 

Agar salah satu dari dua entitas itu bergerak menemui yg lain, maka ya mau tidak mau telur puyuh harus bergerak aktif mencari pembeli. 

Dan itu lagi-lagi cuma bisa terwujud kalau kita mau bersusah payah deliveri order. 

Itu juga sama dengan kita harus tau chanel penjualan yang tepat. 

Harus daftar grab/gojek food kah, atau facebook, atau whatsapp, atau apalah itu terserah. Yang jelas telur harus bergerak aktif. 

Maka, sampai sini kita merasa gk sia2 dulu pernah belajar rumus fisika abadi itu. S=W/F

Jika ingin ada perubahan, maka perbanyak usaha (work) dan kurangi gaya(force), juga kurangi ngeluh. 

Apa iya begitu?? 

Mari kita buktikan bersama... 

Salam sayang
DUNIA PUYUH
www.duniapuyuh.com

Tidak ada komentar

'; (function() { var dsq = document.createElement('script'); dsq.type = 'text/javascript'; dsq.async = true; dsq.src = '//' + disqus_shortname + '.disqus.com/embed.js'; (document.getElementsByTagName('head')[0] || document.getElementsByTagName('body')[0]).appendChild(dsq); })();