Apa yang Harus Dilakukan Saat Harga Pakan Melambung Tinggi dan Harga Telur Turun???

efisiensi pakan
Pada saat-saat seperti ini banyak sekali cuitan, update status, dan keluhan yang terdengar dari peternak puyuh. Apa sebabnya? Tidak lain tidak bukan adalah karena paceklik tahunan.

Harga pakan yang naik dibarengai dengan turunnya harga telur adalah masa-masa dimana hati harus ditabahkan kuat-kuat, Iman harus ditancapkan lekat-lekat, karena jika salah sedikit jatuhnya akan kurang bersyukur dengan nikmat.

Karena mau digimanain juga, mau misuh-misuh kek, mau nyalah-nyalahin bakul, mau guling-guling salto juga tidak akan membuat harga pakan turun dan juga tidak akan membuat harga telur ujug-ujuk naik.

Sebenarnya yang sangat penting untuk disadari dari awal adalah bahwa profesi beternak puyuh itu adalah profesi bisnis yang sama dengan bisnis-bisnis lain. Ada kalanya harga bagus, adakalanya harga stabil, ada juga kalanya harga jeblok.

Karena itu penting sekali mempertimbangkan sejak awal mulai beternak, apakah beternak puyuh untuk usaha sampingan atau sebagai penghasilan utama.

Kalau mau dihitung nih ya, katakan kemarin ketika harga sampai rata-rata 20.000 selama 3 bulan kita untung perhari 50.000 (bersih). Jika dikalikan maka hasilnya 90 hari X 50.000= 4.500.000. Atau 1.500.000/ bulan.

Itu kalau cuman 50 ribu aja. Lha kalau yang puyuhnya lebih dari 3 ribu? Sudah pasti lebih banyak.
Sayangnya, kebanyakan kita kan lebih gampangan kalapnya dari pada nabungnya kalau harga pas bagus??? Beli baju baru, beli gadget baru, karaokean, makan-makan manjah, dlsb.

Kalau udah gini ya sudah bisa dipastikan akan “mumet pada waktunya” ketika harga telur turun. Ditambah turunnya kompakan lagi sama naiknya harga pakan.


Padahal, jika manajemen keuangan kita bagus, terutama yang menjadikan peternakan puyuh sebagai penghasilan utama, maka naik-turunnya pakan hanya soal uji nyali saja.

But the way, apapun itu, pada pertemuan kali ini kita akan coba mengurai tentang apa saja yang bisa kita lakukan ketika paceklik tahunan seperti ini terjadi.

1. Efisiensi Pakan
Harap diingat. Pakan adalah biaya produksi yang paling banyak memakan budget dalam beternak puyuh.

Kalau puyuh misalnya kita beli dengan harga 6000/ekor dan umurnya sampai setahun, maka pakan adalah barang yang harus kita siapkan setiap hari demi terjaganya eksistesi puyuh kita ini.

Jika dalam sehari puyuh kita menghabiskan pakan rata-rata 20Kg per hari/ 1000 ekor dengan rata-rata harga pakan 5100/ kilo, maka dalam sehari kita menghabiskan pakan 5100 X 22 = 112.000
Dalam 1 bulan berarti 30 X 112.000= 3.360.000
Dalam waktu 1 tahun 360 X 112.000 = 40.320.000

Nah, kebayang nggak??? Kita pegang uang 10 juta dalam satu waktu aja jarang, eh ternyata kita dalam setahun ngeluarin uang uang segede itu.

Salah satu cara paling efektif dalam mengaplikasikan efisiensi pakan adalah dengan tidak fanatik dengan jenis pakan tertentu. Beli yang paling murah sekalipun, asal standart gizinya sama dan teruji.

Biasanya, kesalahan mendasar kita ada disini. Kita paling susah move on dari satu merk tertentu. Padahal kalau kita baca bahan baku yang tertera di labelnya sama aja.

Kecuali, kecuali ni ya, terbukti bahwa pakan merk A pakae Bungkil kedelai jamuran. Merk B pakai Jagung berbahan kaca atau plastik.

Toh, merk yang kita demenin itu aja nggak mikirin kita saat naik-naikin harga. Trus kita kenapa bawaaanya baper gitu kalau mau pindah merk lain?? Emang yang buat paka mertua kita??? nehi kelessss...

Adapaun panduan mencampur pakan self mix bisa dibaca disini sepuasnya.

2. Sortir Berkala
Nama ilmiahnya saya lupa. Nanti bisa ditanyakan pada mas Iffat untuk lebih jelasnya.
Sortir berkala ini adalah salah satu upaya dalam efisiensi FCR pada peternakan kita.
Kita bisa melakukan sortir berkala pada dua periode perkembangan puyuh kita.

a. Saat puyuh akan naik batrek/ kandang koloni.
Prakteknya, kita bisa memilih puyuh yang kuntet atau tidak berkembang sempurna, dan kita kumpulkan pada tempat yang berbeda. Kita beri pakan puyuh pedaging untuk menstimulasi perkembangan tubuhnya.

Jika puyuh tersebut normal, artinya bisa mencapai bobot maksimal puyuh remaja, maka kita naikkan batrek. Jika tidak maka lebih baik dibagikan aja ke tetangga.

Karena jika puyuh tidak mencapai berat maksimal disaat remajanya, maka dia tidak akan bertelur sebagaimana kawan-kawannya. Atau jika bertelur kebanyakan pasti mengalami prolaps dan atau telurnya kecil-kecil, jauh dari standart.

b. Saat telur sudah ngebrol
Ketika umur sudah mencapai umur puncak bertelur, antara umur 2 bulan sampai 6 bulan, maka kita bisa melakukan sortir secara berkala. Bisa kita jadwalkan sebulan sekali.

Katakanlah dalam satu kotak koloni kita isi dengan 20 ekor telur, tapi selama beberapa bulan telur yang keluar hanya 10 butir.

Atau mungkin pada bulan ke 2 awalnya bertelur 18 butir, lantas pada bulan ke 3 hanya 10 butir. Maka dalam keadaan seperti ini ada baiknya kita lakukan sortirisasi.

Emang sih ini rada ribet, tapi jika dilakukan secara berakala tentu saja hal ini akan berimbas pada rendahnya FCR. Karena puyuh yang kita pelihara bener-bener puyuh yang bertelur.

Kan, ngapain juga ya kuta melihara puyuh kalau nggak mau bertelur??? Nambah-nambah utang aja bukan??

3. Peremajaan Puyuh
Salah satu domino effect bisnis peternakan puyuh yang ngeselin banget adalah turunnya harga afkiran.

Udah harga telur turun, pakan naik, harga afkiran murah pula. Ini udah jatuh ketiban tangga, ketiban genteng pula.

Tapi, jikapun harga afkiran murah, ketika manajemen kita bagus, kita punya tabungan maka peremajaan puyuh ini sangat berarti.

Trus, yang nggak punya tabungan??? Yah, diafkir aja lah. Dari pada nambah-nambah utang.

Kenapa begitu? karena biasanya dalam keadaan pasar telur turun maka harga DOQ juga turun. Karena itu, waktu yang tepat dalam peremajaan puyuh sebenarnya adalah seperti ini.

Nah, demikian yang kali ini bisa dunia puyuh jelaskan. Semoga bermanfaat.


Tidak ada komentar

'; (function() { var dsq = document.createElement('script'); dsq.type = 'text/javascript'; dsq.async = true; dsq.src = '//' + disqus_shortname + '.disqus.com/embed.js'; (document.getElementsByTagName('head')[0] || document.getElementsByTagName('body')[0]).appendChild(dsq); })();