Kok Harga Telur di Tempatku Murah Mulu Ya??

Beberapa kali atau bahkan sering kali kita dengar keluhan dari beberapa peternak yang mengeluh soal harga, terutama sekali saat harga mulai naik.

Adanya social media dan chating media membuat informasi seolah tak lagi ada sekat. Ekses positifnya kita bisa jadi sangat update tentang kejadian apapun yang sedang dialami di negeri dan daerah-daerah pelosok sana.

Sementara berkenaan dengan harga telur, mudahnya akses informasi membuat peternak dengan mudahnya mengetahui informasi naik turun harga dengan sangat cepat dan akurat.

Pun demikian, cepatnya informasi ternyata juga membawa efek perih-perih sedap bagi peternak sekaligus bakulnya. Sedap jika ternyata konsuman akhir disuatu daerah pasarnya juga ikut naik, sehingga bakul memberi harga tarik.

Perih jika ternyata daya beli konsumen bakulmu ternyata tak sesetrong konsumen dari bakul lain, sehingga harga yang kita dapatkan tidak bergerak naik bahkan stagnan.

Pahami HPP Jika Tak Mau Kena PHP

Dalam sebuah ilmu pemasaran campuran (marketing mix) dikenal istilah place atau tempat. Tempat dalam sebuah pemasaran memainkan posisi penting dalam suksesi sebuah bisnis.

Penempatan tempat jualan/produksi yang tidak tepat bahkan asal-asalan tidak hanya akan jadi blunder bagi pemilik produk tapi sekaligus juga jadi ancaman.

Contoh simpelnya begini, jika kamu ingin jualan es dawetmu laris, mak jangan sekali-kali menjualnya di benua artik dan antartik.

Kenapa pasal?? Karena disana orang mau makan es tidak perlu repot di taruh di mangkok, cukup tuang sirup dan cendol ke semua arah, maka kita bahkan sekaligus berenang-renang di dalamnya.

Ini sama persis dengan peternak yang jauh dari konsumen akhir. Ada peternak yang lokasinya digunung, jarak antara dunia dan akhirat begitu dekat menuju ke kandangnya, sementara daya serap konsumen diwilayahnya hanya 20% dari total keseluruhan jumlah hasil telur yang didapat.

Maka, mau tak mau sisa telur yang tak terserap harus di buang keluar daerah.

Masih mending kalau diluar daerahnya bukan penghasil telur, lha kalau ternyata ring road dan ring place di daerahnya malah sentra penghasil telur, habislah.

Ini seperti kalau kita beternak di trenggalek atau tulungagung bagian tepi selendang nyiroro kidul.

Peternaknya banyak, daya serap konsumen segitu-gitu aja, sementara bakulnya dengan segala keterbatasannya hanya mampu menjual telur ke blitar/kediri. Maka, sangat wajar jika akhirnya harganya kalah.

Jika kejadian diatas kita tarik ke  ke rumus dasar penjualan maka hitungannya akan jadi begini.

HPP= Harga perolehan + Biaya angkut + Margin

HPP di blitar katakanlah hari ini 23000 dengan rincian berikut:
Harga belanja telur dari ternak= 22000
Biaya angkut dan resiko= 500
Margin=500.

Artinya untuk mendapatkan keuntungan 500 perak, ada harga pengorbanan (baca biaya sebesar 22500).

Sementara mari kita hitung HPP bakul trenggalek.
Jika mereka belanja dengan harga yang sama dengan bakul blitar, yaitu 22000, sementara biaya ngkut dan resiko mengantar telur ke blitar sebesar 800, maka margin yang didapat hanya 200.

Itu artinya, jika bakul trenggalek ingin mendapat margin sama dengan bakul blitar (500 rupiah/kg) , maka hal yang paling mungkin dan rasional dengan mengurangi nilai perolehan harga telur.

Hasil akhirnya yang didapatkan adalah 21700. Dan ini adalah harga yang akan didapat oleh peternak.

Ini kalau bakulnya sama ingin dapat untung 500 lho ya?? Kalau ternyata bakul dari trenggalek ingin dapat 700, lain cerita. Harga telur dari ternak jadi 21500. Disaat yang sama harga ternak di blitar 22000.

Gimana?? Sudahkah anda mumet pada waktunya??? Mari sesekali membaca angka, bukan hanya menghitungnya.

Nama kota dan ilustrasi hanya untuk memudahkan jalan cerita. Jika keadaan dikotamu juga mengalami hal yang sama, mungkin itu hanya kebetulan yang sohih adanya.

Enjoy gaes...

Tidak ada komentar

'; (function() { var dsq = document.createElement('script'); dsq.type = 'text/javascript'; dsq.async = true; dsq.src = '//' + disqus_shortname + '.disqus.com/embed.js'; (document.getElementsByTagName('head')[0] || document.getElementsByTagName('body')[0]).appendChild(dsq); })();